Jumat, 15 Juni 2012

Nganufacturing Hope: Tiga Program Jitu KRL Jabodetabek


Saya mengenal Teh Lina sebagai pengguna Commuter Line yang cocok untuk iklan obat tambah darah. Walaupun cantik tapi seringkali wajahnya kuyu bin pucat, rambut kusut, dan nampak murung. Yang paling ajaib penampakan ala vampir ini akan berubah 180% kala Teh Lina menerapkan strategi ”Serangan Mendadak” ke arah pintu-pintu KRL untuk mendapatkan kavling duduk. Teh Lina mendadak menjadi gahar, siap pasang kuda-kuda berikut mengeraskan otot-otot demi mendapatkan secuil kavling duduk selama perjalanan Bogor-Jakarta. Tapi..begitu dirinya menyentuh beludru merah atau biru, maka pastikanlah beliau akan segera layu kembali dengan mata dan bibir terkunci rapat-rapat alias tidur.. Jangan heran dan please jangan menghakimi Teh Lina sebelum mengetahui rutinitas hariannya sebagai karyawan level menengah yang bekerja di Jakarta dan tinggal di Bogor. Yang setiap harinya nglaju Bogor-Jakarta PP naik Commuter Line yang di jam-jam sibuk sangat kejam melebihi kejamnya ibu tiri di kisah Ratapan Anak Tiri. Yang kalau datang kesiangan ke stasiun bakal kehabisan tempat duduk sehingga akhirnya berdiri selama 1,5 jam. Yang kalau berdiri makin lama makin berdesakan dengan penumpang lainnya ketika melewati satu demi satu dari total 25 stasiun. Yang total jenderal menghabiskan waktu 3 jam lebih dalam sehari di jalanan demi memenuhi kewajibannya sebagai karyawan dan ibu muda yang baik.

Saya tentu sangat menghargai perjuangan Teh Lina dan 527ribuan penglaju lainnya, karena itu bersama Saudara Jonan Cs. kami terus berusaha meningkatkan pelayanan KRL Jabodetabek. Biar lebih gayeng tentu kami membutuhkan sparring partner, jadi langkah pertama yang saya lakukan adalah meminta Ngadimin I sampai Ngadimin VI dari KRL Mania untuk turut berdiskusi. Tidak salah pilihan saya karena dengan bergabungnya para Ngadimin membuka lebih banyak opsi tinimbang mentok dengan alasan Public Service Obligation (PSO) atau minimnya subsidi.

Singkat kata, action plan menuju pelayanan KRL yang lebih baik sudah disepakati bersama. Program pertama adalah program DWNKRL atau Direksi KAI/KCJ Wajib Naik KRL pulang pergi pada jam-jam sibuk minimal 3 kali dalam seminggu agar mereka lebih dapat berempati terhadap penumpang. Kedua, penerapan sistem Commet yang langsung terpindai secara otomatis di gate tanpa harus berhenti di MMTCBNMAHD (Mesin-Mahal-Tapi-Cuma-Bisa-Nyala-Merah-Atau-Hijau-Doang). Dan ketiga adalah Program YBGW (Yang Berdiri Gratis Wifi) karena sinyalnya telah disetting pada ketinggian tertentu sehingga otomatis begitu penumpang duduk di bangku KRL atau kursi lipat atau lesehan langsung ga dapat sinyal sebagai insentif kebetean penumpang berdiri.

Demikian ikhtiar yang baru bisa kami lakukan, mudah-mudahan Teh Lina dan 527 ribu teman-temannya dapat mulai mengukir senyum manis dan mengurangi intensitas perngomelan di saluran Solidaritas untuk KRL Yang Lebih Baik. Tabik"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar