Saya mengenal Teh Lina sebagai
pengguna Commuter Line yang cocok untuk iklan obat tambah darah. Walaupun
cantik tapi seringkali wajahnya kuyu bin pucat, rambut kusut, dan nampak
murung. Yang paling ajaib penampakan ala vampir ini akan berubah 180% kala Teh
Lina menerapkan strategi ”Serangan Mendadak” ke arah pintu-pintu KRL untuk
mendapatkan kavling duduk. Teh Lina mendadak menjadi gahar, siap pasang
kuda-kuda berikut mengeraskan otot-otot demi mendapatkan secuil kavling duduk
selama perjalanan Bogor-Jakarta. Tapi..begitu dirinya menyentuh beludru merah
atau biru, maka pastikanlah beliau akan segera layu kembali dengan mata dan
bibir terkunci rapat-rapat alias tidur.. Jangan heran dan please jangan
menghakimi Teh Lina sebelum mengetahui rutinitas hariannya sebagai karyawan
level menengah yang bekerja di Jakarta dan tinggal di Bogor. Yang setiap
harinya nglaju Bogor-Jakarta PP naik Commuter Line yang di jam-jam sibuk sangat
kejam melebihi kejamnya ibu tiri di kisah Ratapan Anak Tiri. Yang kalau datang
kesiangan ke stasiun bakal kehabisan tempat duduk sehingga akhirnya berdiri
selama 1,5 jam. Yang kalau berdiri makin lama makin berdesakan dengan penumpang
lainnya ketika melewati satu demi satu dari total 25 stasiun. Yang total
jenderal menghabiskan waktu 3 jam lebih dalam sehari di jalanan demi memenuhi
kewajibannya sebagai karyawan dan ibu muda yang baik.
Saya tentu sangat menghargai
perjuangan Teh Lina dan 527ribuan penglaju lainnya, karena itu bersama Saudara
Jonan Cs. kami terus berusaha meningkatkan pelayanan KRL Jabodetabek. Biar
lebih gayeng tentu kami membutuhkan sparring partner, jadi langkah pertama yang
saya lakukan adalah meminta Ngadimin I sampai Ngadimin VI dari KRL Mania untuk
turut berdiskusi. Tidak salah pilihan saya karena dengan bergabungnya para
Ngadimin membuka lebih banyak opsi tinimbang mentok dengan alasan Public
Service Obligation (PSO) atau minimnya subsidi.
Singkat kata, action plan menuju
pelayanan KRL yang lebih baik sudah disepakati bersama. Program pertama adalah
program DWNKRL atau Direksi KAI/KCJ Wajib Naik KRL pulang pergi pada jam-jam
sibuk minimal 3 kali dalam seminggu agar mereka lebih dapat berempati terhadap
penumpang. Kedua, penerapan sistem Commet yang langsung terpindai secara
otomatis di gate tanpa harus berhenti di MMTCBNMAHD
(Mesin-Mahal-Tapi-Cuma-Bisa-Nyala-Merah-Atau-Hijau-Doang). Dan ketiga adalah
Program YBGW (Yang Berdiri Gratis Wifi) karena sinyalnya telah disetting pada
ketinggian tertentu sehingga otomatis begitu penumpang duduk di bangku KRL atau
kursi lipat atau lesehan langsung ga dapat sinyal sebagai insentif kebetean
penumpang berdiri.
Demikian ikhtiar yang baru bisa
kami lakukan, mudah-mudahan Teh Lina dan 527 ribu teman-temannya dapat mulai
mengukir senyum manis dan mengurangi intensitas perngomelan di saluran
Solidaritas untuk KRL Yang Lebih Baik. Tabik"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar