Saya suka olahraga. Setelah
operasi ganti hati yang saya lakukan di Cina, saya jadi sadar bahwa gaya hidup
saya ala wartawan memang kurang sehat. Saya biasa begadang yang berarti (sori
bang Haji, saya tidak suka begadang kalau tiada artinya), berupa rapat redaksi,
mengecek pesan editorial, melihat kemajuan cetak, sampai persiapan pengiriman
koran.
Tapi akibat begadang yang berarti
itu, baru terasa 20 tahun kemudian. Hati saya bengkak dan satu-satunya cara
bertahan adalah ganti hati. Gara-gara hati bengkak itu, saya gampang jatuh
hati, termasuk ke Ayu Azhari dan Widyawati (halah).
Singkat cerita, saya ganti hati
di Cina dan memulai kehidupan baru dengan hati berusia 20 tahunan, dan selalu
rajin berolahraga. Ketika di PLN, karena apartemen saya cukup dekat, saya
sering berjalan kaki ditemani istri saya. Setelah sampai di PLN, saya mandi
dulu, segar.
Hanya ada yang kurang. Enaknya
setelah olahraga memang mandi sauna. Sayangnya PLN tidak menyediakan spa di
kantor.
Saya terus terang iri pada 400
penduduk Jabodetabek yang tiap pagi dan sore disediakan sauna gratis, bonus
dari membeli tiket KRL Jabodetabek. Mau beli tiket ekonomi atau AC, semua
diberi bonus sauna. Perusahaan penyedia jasa KRL Jabodetabek ini memang sangat
pengertian. Sore setelah lelah bekerja, mengejar bis atau jalan ke stasiun,
badan tentu capek. Karena itulah dengna membeli tiket Rp 6.000 atau 7.000, bisa
mendapatkan sauna gratis antara 30-90 menit. Kadang diberi bonus bisa 2-3 jam,
tergantung saat itu ada bonus pantograf atau KRL berhenti lama.
Pembaca masih ingat kan beda
istilah 'banjir' dan 'genangan' dari bang Kumis yang ahli mengatasi banjir,
macet, dan tata kota? Menurut bang Kumis, 'genangan' itu air yang berkumpul di
suatu tempat, karena sesuatu dan lain hal, yang akan surut dalam waktu 3 jam.
Banjir ya genangan yang lebih dari 3 jam.
Nah, KRL berhenti lama itu kalau
berhenti karena sesuatu dan lain hal, dalam waktu kurang 3 jam. Kalau lebih
dari 3 jam, itu namanya mogok. Rata-rata KRL yang ada 'sesuatu', sudah bisa
ditarik dalam waktu 3 jam. Jadi technically itu bukan mogok. Mohon KRL Mania
perbaiki daftar gangguan di Google Calendar sesuai pengertian ini ya.
Soal sauna, sayangnya tidak semua
penumpang bersedia diberi bonus, dengan berbagai alasan. Ada yang suka naik ke
atap, disebut atapers. Sepertinya mereka suka sun bathing. Kalau di Amerika,
tanning machine itu mahal lho 1 jam. Bisa 60 dolar. Kalau naik ke atap, malah
cukup bayar tiket saja. Hasilnya sama, sama-sama tanned. Bedanya, kalau yang
suka sun bathing dan tanning itu perempuan, pakai bikini, atapers pakai baju
lengkap. Jadi tidak bakal menghasilkan bikini lines. Ada lagi yang masuk ke
kabin, entah kenal sama petugas atau gimana caranya, disebut illegal cabiners.
Keren ya namanya. Tapi kedua tipe itu tidak menikmati sauna gratis. Rugi dong.
Nah, sekarang hanya sekitar 400
ribu orang dalam hari kerja yang menikmati bonus sauna. Pengelola KRL
Jabodetabek berencana memberikan bonus sampai ke 1,2 juta orang per hari, tahun
2019. Kalau di BUMN, program corporate social responsibility disebut sebagai
PKBL -Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka untuk PKBL Award 2013, saya
berencana menominasikan pengelola KRL Jabodetabek. Semoga menang.
Hidup Sauna Gratis!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar