Jumat, 15 Juni 2012

Nganufacturing Hope: Olahraga dan Sauna di KRL Jabodetabek


Saya suka olahraga. Setelah operasi ganti hati yang saya lakukan di Cina, saya jadi sadar bahwa gaya hidup saya ala wartawan memang kurang sehat. Saya biasa begadang yang berarti (sori bang Haji, saya tidak suka begadang kalau tiada artinya), berupa rapat redaksi, mengecek pesan editorial, melihat kemajuan cetak, sampai persiapan pengiriman koran.

Tapi akibat begadang yang berarti itu, baru terasa 20 tahun kemudian. Hati saya bengkak dan satu-satunya cara bertahan adalah ganti hati. Gara-gara hati bengkak itu, saya gampang jatuh hati, termasuk ke Ayu Azhari dan Widyawati (halah).

Singkat cerita, saya ganti hati di Cina dan memulai kehidupan baru dengan hati berusia 20 tahunan, dan selalu rajin berolahraga. Ketika di PLN, karena apartemen saya cukup dekat, saya sering berjalan kaki ditemani istri saya. Setelah sampai di PLN, saya mandi dulu, segar.

Hanya ada yang kurang. Enaknya setelah olahraga memang mandi sauna. Sayangnya PLN tidak menyediakan spa di kantor.

Saya terus terang iri pada 400 penduduk Jabodetabek yang tiap pagi dan sore disediakan sauna gratis, bonus dari membeli tiket KRL Jabodetabek. Mau beli tiket ekonomi atau AC, semua diberi bonus sauna. Perusahaan penyedia jasa KRL Jabodetabek ini memang sangat pengertian. Sore setelah lelah bekerja, mengejar bis atau jalan ke stasiun, badan tentu capek. Karena itulah dengna membeli tiket Rp 6.000 atau 7.000, bisa mendapatkan sauna gratis antara 30-90 menit. Kadang diberi bonus bisa 2-3 jam, tergantung saat itu ada bonus pantograf atau KRL berhenti lama.

Pembaca masih ingat kan beda istilah 'banjir' dan 'genangan' dari bang Kumis yang ahli mengatasi banjir, macet, dan tata kota? Menurut bang Kumis, 'genangan' itu air yang berkumpul di suatu tempat, karena sesuatu dan lain hal, yang akan surut dalam waktu 3 jam. Banjir ya genangan yang lebih dari 3 jam.

Nah, KRL berhenti lama itu kalau berhenti karena sesuatu dan lain hal, dalam waktu kurang 3 jam. Kalau lebih dari 3 jam, itu namanya mogok. Rata-rata KRL yang ada 'sesuatu', sudah bisa ditarik dalam waktu 3 jam. Jadi technically itu bukan mogok. Mohon KRL Mania perbaiki daftar gangguan di Google Calendar sesuai pengertian ini ya.

Soal sauna, sayangnya tidak semua penumpang bersedia diberi bonus, dengan berbagai alasan. Ada yang suka naik ke atap, disebut atapers. Sepertinya mereka suka sun bathing. Kalau di Amerika, tanning machine itu mahal lho 1 jam. Bisa 60 dolar. Kalau naik ke atap, malah cukup bayar tiket saja. Hasilnya sama, sama-sama tanned. Bedanya, kalau yang suka sun bathing dan tanning itu perempuan, pakai bikini, atapers pakai baju lengkap. Jadi tidak bakal menghasilkan bikini lines. Ada lagi yang masuk ke kabin, entah kenal sama petugas atau gimana caranya, disebut illegal cabiners. Keren ya namanya. Tapi kedua tipe itu tidak menikmati sauna gratis. Rugi dong.

Nah, sekarang hanya sekitar 400 ribu orang dalam hari kerja yang menikmati bonus sauna. Pengelola KRL Jabodetabek berencana memberikan bonus sampai ke 1,2 juta orang per hari, tahun 2019. Kalau di BUMN, program corporate social responsibility disebut sebagai PKBL -Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka untuk PKBL Award 2013, saya berencana menominasikan pengelola KRL Jabodetabek. Semoga menang.

Hidup Sauna Gratis!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar