Jumat, 15 Juni 2012

Nganufacturing Hope: Keluarga Berencana di KRL Jabodetabek


Rasanya setelah Pak Harto tidak menjabat lagi, penduduk Indonesia melonjak tinggi. Di satu sisi pertumbuhan penduduk ini juga diiringi pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, tapi juga diiringi lonjakan konsumsi bahan bakar.

Mengapa itu terjadi? Saya duga karena otonomi daerah telah memandulkan kampanye keluarga berencana (no pun intended). Dulu BKKBN sering berkampanye sterilisasi bagi pasangan yang telah melahirkan anak banyak.

Nah, rupanya stasiun dan KRL kita juga memerlukan BKKBN. Maksudnya untuk mensterilisasi stasiun supaya penumpang aman dan nyaman ketika bepergian.

Stasiun adalah limited public space. Jadi ini memang tempat umum, tempat masyarakat berkegiatan sebelum pergi naik KRL, jadi bukan tempat umum dimana Ayu Azhari bisa jumpa fans disitu. Meski pengelola stasiun dan KRL memang diharapkan sering melakukan 'facial' mesin supaya tetap mulus dan produktif seperti Ayu Azhari. Terbatas disini adalah, mereka yang berkepentingan, seperti penumpang yang membayar tiket, bisa masuk dan menunggu kereta. Seperti halnya fans Ayu Azhari yang perlu beli tiket sebelum melihat dia nyanyi lagu-lagu White Lion yang didangdutkan.

Karena terbatas, maka stasiun perlu disterilkan oleh BKKBN-Badan Keamaan Kereta Buat Nyaman. BKKBN ini dipimpin oleh Pak Achmad Sujadi, Senior Manager Security. Nah, Pak Sujadi saat ini giat melakukan operasi memanusiawikan atapers. Maksudnya atapers yang dulu biasa naik KRL Ekonomi, sekarang juga naik KRL AC.

Pernah dengar cerita dua orang pengemis yang saling membanggakan prestasinya ditabrak mobil? Yang satu memulai dengan bangga pernah ditabrak Xenia, tapi kemudian lemas karena temannya pernah ditabrak Alphard. Nah, mungkin itulah memanusiawikan atapers dengan memperbolehkan naik KRL AC. Bayarnya lebih mahal, pakai AC pula.

Itu dulu. Sekarang perhatian BKKBN adalah soal mensterilkan stasiun. Stasiun dibersihkan dari segala macam lubang tikus, dimana orang bisa lalu lalang masuk stasiun tanpa diperiksa karcisnya. Kalau gitu kepala BKKBN ini bisa nyalon KPK dong, supaya bisa nangkap tikus penggarong uang rakyat.

Tapi serius lho, kepala BKKBN (yang urusan keluarga berencana, bukan keamaan stasiun) itu adalah mantan Sekjen KPK. Jadi mungkin tugas dia adalah mencari kebocoran lubang kondom. Halah (eh ini bukan Dis ya).

Tadi malam twitter saya dibombardir oleh pemberitahuan adanya penusukan penumpang oleh penumpang lain, di KRL Ekonomi Tanah Abang-Serpong. Sayang hal semacam ini bisa terjadi ketika BKKBN sedang serius razia karcis dan berhasil memanusiawikan atapers.

Saya berharap BKKBN bisa mensterilkan stasiun dan KRL, supaya lubang-lubang kejahatan semakin dikurung, seperti layaknya kondom mengurung bertemunya benih-benih cinta.

Hidup BKKBN!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar