Sabtu, 16 Juni 2012

Perbandingan Python dengan Java


Setiap bahasa pemrograman memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga untuk menjawab apakah bahasa pemrograman Python lebih baik dibandingkan dengan bahasa pemrograman Java, harus ditentukan terlebih dahulu hal atau aspek apa yang menjadi perbandingannya:

1.       Kecepatan mengkompilasi program

Dalam hal kecepatan dalam mengkompilasi program, Java lebih unggul dari Python. Karena pemberian tipe data dilakukan pada saat run time, program Python berjalan lebih lambat ketimbang Java. Contoh: ketika ekspresi a+b dievaluasi, Python memeriksa tipe objek a dan b, yang sebenarnya tidak diketahui pada saat “kompilasi”. Java bisa menetapkan tipe integer dan float secara lebih efisien, walau membutuhkan deklarasi untuk a dan b.

2.       Kemudahan membuat program

Dalam hal kemudahan dalam membuat program, Python lebih unggul dari Java. Dibandingkan dengan bahasa pemrograman Java, secara umum program Python memang lebih lambat ketimbang java, tapi waktu yang diperlukan untuk membuatnya justru lebih cepat. Program Python dapat dikatakan tiga sampai lima kali lebih ringkas dibandingkan Java. Hal ini dikarenakan  Python tidak memerlukan deklarasi tipe data untuk suatu variabel, elemen array yang tipenya bisa beragam, dan dukungan dengan apa yang disebut dictionary.

Sehingga menurut saya pribadi, sebagai pemula dalam mempelajari bahasa pemrograman, bahasa pemrograman Python lah yang lebih baik jika dibandingkan dengan bahasa pemrograman Java. Jika Anda belum pernah belajar bahasa pemrograman mana pun, saya sarankan mulai dengan Python. Desainnya bersih, terdokumentasi dengan baik, dan sangat mudah bagi pemula.  Namun Java juga bahasa yang baik untuk belajar pemrograman. Meskipun lebih sulit dari Python, tapi Java menghasilkan kode yang lebih cepat dan fitur-fitur yang lebih unggul dari Python. Menurut saya Java amat bagus sebagai bahasa kedua dari Python.

Jumat, 15 Juni 2012

Nganufacturing Hope: Olahraga dan Sauna di KRL Jabodetabek


Saya suka olahraga. Setelah operasi ganti hati yang saya lakukan di Cina, saya jadi sadar bahwa gaya hidup saya ala wartawan memang kurang sehat. Saya biasa begadang yang berarti (sori bang Haji, saya tidak suka begadang kalau tiada artinya), berupa rapat redaksi, mengecek pesan editorial, melihat kemajuan cetak, sampai persiapan pengiriman koran.

Tapi akibat begadang yang berarti itu, baru terasa 20 tahun kemudian. Hati saya bengkak dan satu-satunya cara bertahan adalah ganti hati. Gara-gara hati bengkak itu, saya gampang jatuh hati, termasuk ke Ayu Azhari dan Widyawati (halah).

Singkat cerita, saya ganti hati di Cina dan memulai kehidupan baru dengan hati berusia 20 tahunan, dan selalu rajin berolahraga. Ketika di PLN, karena apartemen saya cukup dekat, saya sering berjalan kaki ditemani istri saya. Setelah sampai di PLN, saya mandi dulu, segar.

Hanya ada yang kurang. Enaknya setelah olahraga memang mandi sauna. Sayangnya PLN tidak menyediakan spa di kantor.

Saya terus terang iri pada 400 penduduk Jabodetabek yang tiap pagi dan sore disediakan sauna gratis, bonus dari membeli tiket KRL Jabodetabek. Mau beli tiket ekonomi atau AC, semua diberi bonus sauna. Perusahaan penyedia jasa KRL Jabodetabek ini memang sangat pengertian. Sore setelah lelah bekerja, mengejar bis atau jalan ke stasiun, badan tentu capek. Karena itulah dengna membeli tiket Rp 6.000 atau 7.000, bisa mendapatkan sauna gratis antara 30-90 menit. Kadang diberi bonus bisa 2-3 jam, tergantung saat itu ada bonus pantograf atau KRL berhenti lama.

Pembaca masih ingat kan beda istilah 'banjir' dan 'genangan' dari bang Kumis yang ahli mengatasi banjir, macet, dan tata kota? Menurut bang Kumis, 'genangan' itu air yang berkumpul di suatu tempat, karena sesuatu dan lain hal, yang akan surut dalam waktu 3 jam. Banjir ya genangan yang lebih dari 3 jam.

Nah, KRL berhenti lama itu kalau berhenti karena sesuatu dan lain hal, dalam waktu kurang 3 jam. Kalau lebih dari 3 jam, itu namanya mogok. Rata-rata KRL yang ada 'sesuatu', sudah bisa ditarik dalam waktu 3 jam. Jadi technically itu bukan mogok. Mohon KRL Mania perbaiki daftar gangguan di Google Calendar sesuai pengertian ini ya.

Soal sauna, sayangnya tidak semua penumpang bersedia diberi bonus, dengan berbagai alasan. Ada yang suka naik ke atap, disebut atapers. Sepertinya mereka suka sun bathing. Kalau di Amerika, tanning machine itu mahal lho 1 jam. Bisa 60 dolar. Kalau naik ke atap, malah cukup bayar tiket saja. Hasilnya sama, sama-sama tanned. Bedanya, kalau yang suka sun bathing dan tanning itu perempuan, pakai bikini, atapers pakai baju lengkap. Jadi tidak bakal menghasilkan bikini lines. Ada lagi yang masuk ke kabin, entah kenal sama petugas atau gimana caranya, disebut illegal cabiners. Keren ya namanya. Tapi kedua tipe itu tidak menikmati sauna gratis. Rugi dong.

Nah, sekarang hanya sekitar 400 ribu orang dalam hari kerja yang menikmati bonus sauna. Pengelola KRL Jabodetabek berencana memberikan bonus sampai ke 1,2 juta orang per hari, tahun 2019. Kalau di BUMN, program corporate social responsibility disebut sebagai PKBL -Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, maka untuk PKBL Award 2013, saya berencana menominasikan pengelola KRL Jabodetabek. Semoga menang.

Hidup Sauna Gratis!

Nganufacturing Hope: Keluarga Berencana di KRL Jabodetabek


Rasanya setelah Pak Harto tidak menjabat lagi, penduduk Indonesia melonjak tinggi. Di satu sisi pertumbuhan penduduk ini juga diiringi pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, tapi juga diiringi lonjakan konsumsi bahan bakar.

Mengapa itu terjadi? Saya duga karena otonomi daerah telah memandulkan kampanye keluarga berencana (no pun intended). Dulu BKKBN sering berkampanye sterilisasi bagi pasangan yang telah melahirkan anak banyak.

Nah, rupanya stasiun dan KRL kita juga memerlukan BKKBN. Maksudnya untuk mensterilisasi stasiun supaya penumpang aman dan nyaman ketika bepergian.

Stasiun adalah limited public space. Jadi ini memang tempat umum, tempat masyarakat berkegiatan sebelum pergi naik KRL, jadi bukan tempat umum dimana Ayu Azhari bisa jumpa fans disitu. Meski pengelola stasiun dan KRL memang diharapkan sering melakukan 'facial' mesin supaya tetap mulus dan produktif seperti Ayu Azhari. Terbatas disini adalah, mereka yang berkepentingan, seperti penumpang yang membayar tiket, bisa masuk dan menunggu kereta. Seperti halnya fans Ayu Azhari yang perlu beli tiket sebelum melihat dia nyanyi lagu-lagu White Lion yang didangdutkan.

Karena terbatas, maka stasiun perlu disterilkan oleh BKKBN-Badan Keamaan Kereta Buat Nyaman. BKKBN ini dipimpin oleh Pak Achmad Sujadi, Senior Manager Security. Nah, Pak Sujadi saat ini giat melakukan operasi memanusiawikan atapers. Maksudnya atapers yang dulu biasa naik KRL Ekonomi, sekarang juga naik KRL AC.

Pernah dengar cerita dua orang pengemis yang saling membanggakan prestasinya ditabrak mobil? Yang satu memulai dengan bangga pernah ditabrak Xenia, tapi kemudian lemas karena temannya pernah ditabrak Alphard. Nah, mungkin itulah memanusiawikan atapers dengan memperbolehkan naik KRL AC. Bayarnya lebih mahal, pakai AC pula.

Itu dulu. Sekarang perhatian BKKBN adalah soal mensterilkan stasiun. Stasiun dibersihkan dari segala macam lubang tikus, dimana orang bisa lalu lalang masuk stasiun tanpa diperiksa karcisnya. Kalau gitu kepala BKKBN ini bisa nyalon KPK dong, supaya bisa nangkap tikus penggarong uang rakyat.

Tapi serius lho, kepala BKKBN (yang urusan keluarga berencana, bukan keamaan stasiun) itu adalah mantan Sekjen KPK. Jadi mungkin tugas dia adalah mencari kebocoran lubang kondom. Halah (eh ini bukan Dis ya).

Tadi malam twitter saya dibombardir oleh pemberitahuan adanya penusukan penumpang oleh penumpang lain, di KRL Ekonomi Tanah Abang-Serpong. Sayang hal semacam ini bisa terjadi ketika BKKBN sedang serius razia karcis dan berhasil memanusiawikan atapers.

Saya berharap BKKBN bisa mensterilkan stasiun dan KRL, supaya lubang-lubang kejahatan semakin dikurung, seperti layaknya kondom mengurung bertemunya benih-benih cinta.

Hidup BKKBN!

Nganufacturing Hope: Kereta Bertingkat KRL Jabodetabek


Pertama kali saya mengenal KRL hanya dari suaranya nggejese..nggejess...nggejess. Suaranya terdengar sangat menggangu tidurku diwaktu subuh ketika menginap pertama kali di kos-an teman. Gimana yaa, relnya aja cuma berjarak 15 meter dari kos-an itu.

Namun nasib membawaku kembali ketemu dengan KRL dan harus menaikinya setiap hari untuk berangkat dan pulang kerja, karena terpaksa ngekos di tempat temenku itu lagi. Ceritanya, biar sedikit ngiriiitt.

Apa daya karena gaji yang nge-pas, alhasil KRL yang dinaiki saban hari hanya bisanya KRL Ekonomi. Mau naik yang AC (dahulu), eh itu KRL enggak mau berhenti di stasiun tujuanku. Kata peraturannya, KRL AC hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu. Trus, tarifnya jauh melompat dari tarif KRL Ekonomi yang terpaksa ku naikin. Kok bisa ya, dari Rp 1.500,- tarif KRL Ekonomi, eeh... KRL AC malah Rp 9.000,-. Waduh mana tahaaannn, berat diongkos.

Jadilah saya naik KRL Ekonomi. Karena belum ngerti jadwal, jadi biasanya asal naik begitu ada yang datang. Melihat atapers-nya, membuatku langsung sadar, kayaknya butuh perjuangan berat layaknya mendaki gunung nih, pikirku. Namun ternyata perkiraanku “salah besar”. Perjuangannya lebih susah dan diikuti sesak napas daripada berjalan selangkah demi selangkah ketika mendaki gunung berapi. Belum juga berhenti, ada yang sudah mau turun dan mau naik ke dalam KRL. Jadi antrian tidak laku disini. Siapa yang mau dapat posisi “nyaman”, maka cepatlah merangsek masuk. Lanjutkan dengan upaya mendorong, terus gunakan setidaknya satu kaki untuk mengambil tempat ke dalam KRL. Loh kok cuma satu kaki? Lah iya, karena itu semacam tanda - yang penting kita sudah masuk KRL. Enggak kebayangkan masuk angkutan kota hanya nangkring berdiri cuma dengan satu kaki. Dulunya emang engggak, tetapi dengan KRL inilah aku mengenal hal ini dan hal-hal lainnya yang sangat menakjubkan...wuidiiih “jangan dibayangin yang indah-indah ya”.

Kalau dibuat list-nya, maka ini adalah pengetahuan mendasar yang ga akan didapat di bangku sekolahan yang suka ditulisin loh. Ini dia :

1.Bau manusia ternyata sangat beragam heuumm..., bukan karena parfumnya, bau pewangi pakaian, ataupun keringatnya. Apakah karena Indonesia yang diciptakan sangat beragam dengan berbagai suku bangsa, golongan, agama, budaya dan makanan tradisionalnya, maka bau manusia yang ada di dalam KRL pun macam-macam. Kalo tadi pagi ada yang makan jengkol, pasti deh napas-napas yang berhembus huuffpp, belum lagi bau yang suka merokok, bau ketek yang ga ada deodorannya, hingga bau makanan dan hewan yang ditaruh di dalam bakul penjual pikulan.

2.Sifat manusia yang “sadis”, baik dan baik sekaliii, cerewet, suka menggerutu dan bahkan sifat pelawak ada di dalam KRL. Biar yang naik adalah mereka yang cuma bisa makan sekali sehari aja udah untung, tetapi jangan ini dijadikan parameter untuk mengukur sifat penumpang KRL Ekonomi ya. Kalo yang baiikkk sekaliiii adalah mereka yang bersedia memberikan dan berbagi tempat duduk dengan penumpang lainnya. Kalo naik KRL AC, wiiih, minta geser aja susah, apalagi meminta ruang yang dipake para penumpang yang dengan seenaknya pake kursi lipat tanpa memikirkan keretanya sudah penuh penumpang.

Bagi para atapers pun begitu, mau kenal ataupun tidak, penumpang yang sudah berada di atap akan membantu penumpang yang akan naik ke atas. Masalah sulit atau kemungkinan terpanggang di atap, urusan nanti. Para atapers tidak masalah tuh. Nah untuk saya sendiri, saya sekalian menyampaikan di dalam tulisan ini : “terimakasih banyaaakkk”...karena ada atapers-lah, maka saya masih bisa mendapatkan “ruang” di dalam KRL ekonomi selama ini.

3.Aku jadi mengenal wilayah Jabodetabek karena KRL. Walopun dulu Ilmu Geografiku bagus, kalo urusan pergi kemana, aku hanya tau diantar dan dijemput tanpa mengenal berangkat dari mana – trus mau kemana. Walo bukan asli wilayah sini, tetapi aku lebih mengetahui jalan-jalan di sini daripada di kampung asalku, semuanya karena adanya KRL ini. Karena KRL bisa menjangkau tempat-tempat yang jauh tanpa harus merogoh kantong terlalu dalam, aku bisa berjalan-jalan di kota besar seperti di Jakarta. Aku bisa berangkat wawancara untuk melamar kerja ke tempat-tempat yang ada stasiunnya (sebelum kerja di tempat sekarang). Aku terpaksa dan akhirnya menjadi sangaattt suka membaca peta dan hebatnya adalah: AKU ADALAH PENUNJUK JALAN KE IBUKOTA bagi teman-teman satu kos-an. Dalam hal ini – boleh bangga donk walau enggak dapat trofi juara hehehe...

Nah selain dari list di atas, masih banyak sebenarnya yang aku dapatkan ketika naik KRL khususnya KRL ekonomi. Banyak suka dan duka yang ku alami dan ku anggap sebagai pengalaman berharga sebagai penumpang KRL.

Untuk itu aku punya harapan yang sangaaattt besar sambil berkhayal begini : seandainya setiap kali satu perjalanan KRL, Lokomotif KRL bisa menarik banyak gerbong yang dibuat secara bertingkat layaknya bus bertingkat dan pesawat Airbus jenis berpenumpang ratusan orang. Jadi listrik aliran atasnya ditinggiin lagi, trus gerbong yang ditarik ke belakang dengan jumlah yang sama seperti sekarang. Bedanya adalah, gerbong-gerbong ini langsung dibagi dan disusun sesuai kelas tarifnya, sehingga dalam satu kali perjalanan, mau penumpang berdasi dan wangi, penumpang yang bisa makan dua kali sudah hebat banget (itu judulnya), hingga penjual pikulan dan penjual asongan yang memiliki ruang untuk meletakkan dagangannya, pada waktu bersamaan dapat berangkat sampai di tujuan. Masalah pembagian ruang gerbongnya, diharapkan PT. KAI bisa tetap memperhatikan rasa perikemanusian dan perikeadilannya. Masalahnya tidak mungkin? Yaaa sampai kapanpun semua hal tidak akan mungkin kalo PT. KAI berpikiran seperti itu.

Jadi marilah kita berkhayal barang sejenak saja...seandainya KRL khususnya ekonomi, bisa dinaikin orang kecil tetapi tetap dapat menghirup udara segar, karena KRL yang berangkat selalu memiliki ruang yang cukup bagi orang-orang yang dipenuhi dengan berbagai pikiran mengenai permasalahan hidupnya masing-masing...Semoga...amin..."

Nganufacturing Hope: Tiga Program Jitu KRL Jabodetabek


Saya mengenal Teh Lina sebagai pengguna Commuter Line yang cocok untuk iklan obat tambah darah. Walaupun cantik tapi seringkali wajahnya kuyu bin pucat, rambut kusut, dan nampak murung. Yang paling ajaib penampakan ala vampir ini akan berubah 180% kala Teh Lina menerapkan strategi ”Serangan Mendadak” ke arah pintu-pintu KRL untuk mendapatkan kavling duduk. Teh Lina mendadak menjadi gahar, siap pasang kuda-kuda berikut mengeraskan otot-otot demi mendapatkan secuil kavling duduk selama perjalanan Bogor-Jakarta. Tapi..begitu dirinya menyentuh beludru merah atau biru, maka pastikanlah beliau akan segera layu kembali dengan mata dan bibir terkunci rapat-rapat alias tidur.. Jangan heran dan please jangan menghakimi Teh Lina sebelum mengetahui rutinitas hariannya sebagai karyawan level menengah yang bekerja di Jakarta dan tinggal di Bogor. Yang setiap harinya nglaju Bogor-Jakarta PP naik Commuter Line yang di jam-jam sibuk sangat kejam melebihi kejamnya ibu tiri di kisah Ratapan Anak Tiri. Yang kalau datang kesiangan ke stasiun bakal kehabisan tempat duduk sehingga akhirnya berdiri selama 1,5 jam. Yang kalau berdiri makin lama makin berdesakan dengan penumpang lainnya ketika melewati satu demi satu dari total 25 stasiun. Yang total jenderal menghabiskan waktu 3 jam lebih dalam sehari di jalanan demi memenuhi kewajibannya sebagai karyawan dan ibu muda yang baik.

Saya tentu sangat menghargai perjuangan Teh Lina dan 527ribuan penglaju lainnya, karena itu bersama Saudara Jonan Cs. kami terus berusaha meningkatkan pelayanan KRL Jabodetabek. Biar lebih gayeng tentu kami membutuhkan sparring partner, jadi langkah pertama yang saya lakukan adalah meminta Ngadimin I sampai Ngadimin VI dari KRL Mania untuk turut berdiskusi. Tidak salah pilihan saya karena dengan bergabungnya para Ngadimin membuka lebih banyak opsi tinimbang mentok dengan alasan Public Service Obligation (PSO) atau minimnya subsidi.

Singkat kata, action plan menuju pelayanan KRL yang lebih baik sudah disepakati bersama. Program pertama adalah program DWNKRL atau Direksi KAI/KCJ Wajib Naik KRL pulang pergi pada jam-jam sibuk minimal 3 kali dalam seminggu agar mereka lebih dapat berempati terhadap penumpang. Kedua, penerapan sistem Commet yang langsung terpindai secara otomatis di gate tanpa harus berhenti di MMTCBNMAHD (Mesin-Mahal-Tapi-Cuma-Bisa-Nyala-Merah-Atau-Hijau-Doang). Dan ketiga adalah Program YBGW (Yang Berdiri Gratis Wifi) karena sinyalnya telah disetting pada ketinggian tertentu sehingga otomatis begitu penumpang duduk di bangku KRL atau kursi lipat atau lesehan langsung ga dapat sinyal sebagai insentif kebetean penumpang berdiri.

Demikian ikhtiar yang baru bisa kami lakukan, mudah-mudahan Teh Lina dan 527 ribu teman-temannya dapat mulai mengukir senyum manis dan mengurangi intensitas perngomelan di saluran Solidaritas untuk KRL Yang Lebih Baik. Tabik"

Selasa, 12 Juni 2012

Merapi Eruption



Since the established status of Merapi to be “Alert” on 25 October 2010, all residents who lived in a radius of 10 km from the peak were evacuated. Obviously the first eruption occurred at around 17:02 on 26 October. At least the eruption going up to three times. eruptions spewing Material volcanic as high as approximately 1.5 km and is accompanied by the release of heat clouds which swept Kaliadem, Kepuharjo Village, District Cangkringan, Sleman. And taken the lives of 43 people, plus a baby from Magelang who died because of respiratory problems.

Since then began to vomit hot clouds occur irregularly. Starting 28 October , Mount Merapi spewed lava that appeared almost simultaneously with the discharge of hot clouds at 19:54 pm. Next start hotspots silence was observed at the peak on 1 November , marking a new phase that the magma has reached the pit crater.

Explosive eruptions preceded a major eruption on the morning of Thursday, 4 November 2010, resulting in column 4 km-high clouds and bursts of hot clouds in different directions at the foot of Merapi. Furthermore, since about three o'clock noon eruption that never stopped until the evening and reached its peak in the early hours Friday, 5 November 2010. Towards midnight, a radius danger to all the places enlarged to 20 km from the Peak. This eruption sequence and a roar audible until the city of Yogyakarta which is about 27 km from the Peak, Magelang, and the center of Wonosobo regency, a distance of 50 km. gravel and sand rain reach the city of Yogyakarta to the north, while the thick volcanic ash rains swept through Purwokerto and Cilacap. At noon, volcanic ash is known to have reached Tasikmalaya, Bandung, and Bogor.

Strong eruption on 5 November followed by a high activity for about a week, before then there was a slight decrease in activity, but the security status remains "Beware". On 15 November 2010 to limit the danger radius of Magelang Regency was reduced to 15 km and to two other districts of Central Java to 10 km. Just for the Sleman Regency is still enforced 20 km radius of danger. 

Explanation text: Flood



Flood is an overflow of water that submerges the land. Usually occurs because of heavy rain. Another cause is due to sea tide. But we hear most often floods often occur due to overflow of river water.Flood occurred in the river when water flow exceeds the capacity of river channels, especially at the corners. So for people who have homes or businesses close to the natural flood of the river often get losses. They have homes and businesses near the river because of the benefits and convenience aspects. Flood is also a seasonal problem that occurs in big cities with less or no drainage system.


Sea tide is also referred to the flood that also caused much losses to all those who live near the beach. So flood is not only detrimental to the area around the river but also cause losses in the area around the beach. But now the sea tide occur because of melting Arctic ice cap is causing the increase of sea water. 
So flood is a result of all natural disasters on earth. And flood itself is a natural disaster.

The word "flood" comes from the Old English “flod”, a word common to Germanic languages (compare German “Flut”, Dutch “vloed” from the same root as is seen in flow, float; also compare with Latin “fluctus”, “flumen”). Deluge myths are mythical stories of a great flood sent by a deity or deities to destroy civilization as an act of divine retribution, and are featured in the mythology of many cultures.

Hortatory Exposition: Fasten Your Seat Belt!


A seat belt, sometimes called a safety belt, is a safety harnessdesigned to secure the occupant of a vehicle against harmful movement that may result from a collision or a sudden stop. As part of an overall occupant restraint system, seat belts are intended to reduce injuries by stopping the wearer from hitting hard interior elements of the vehicle or other passengers (the so-called second impact) and by preventing the wearer from being thrown from the vehicle.

During 2004, total accident in DKI Jakarta are 4.544 cases, with 1.146 death victims, 63% of that accident victims didn’t use seat belt (Source: tempo interactive). If we use seat belt, we will be safe if an accident happening to us. Of course it will decrease the number of death by fatal accident. This fact makes us realize that if we don’t use seat belt, we will endanger our life. So it’s very important to use seat belt.

For some people, using seat belt makes journey uncomfortable, makes us can’t move freely, etc. But if we used to wear it, it will be our habit. We will feel more and more comfortable if we often use it. Regardless of whether it is comfortable or not, it is very important for us to use seat belt, to save our life.

Government, especially police department, began enforcing us to use a seat belt to decrease the number of death victim. It’s appropriated with polices’ slogan “Melindungi dan Mengayomi Masyarakat Indonesia”. Because the number of death victim in Indonesia is so high. And most of the death victims didn’t use seat belt. 


A rule in our country about seat belt:

UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 61
(2) Barangsiapa tidak menggunakan sabuk keselamatan pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor roda empat atau lebih, atau tidak mengggunakan helm pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor roda dua atau pada waktu mengemudikan kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf e, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah).

This rule is good, but I think the sanction of this rule is so cruel; it’s very expensive to pay for Indonesian people. Indonesia isn’t a rich country. This rule is susceptible to be misused, the misuse of paying the sanction. It will be better if the sanction is below Rp 1.000.000,00. 


How about a pregnant woman?

I think pregnant woman shouldn’t be free from the rule enforcing the use of a seat belt. Her big stomach isn’t a reason to not use seat belt. Now, there is a special seat belt which is designed for pregnant woman. For pregnant mothers, the fetus is protected by a sac full of amniotic fluid. This sac is quite strong and the fluid inside acts like a cushion to protect the fetus. The sac is pliable so it can change shape to a certain degree. The proper use of a seat belt will divert the pressure points off the sac, and thus the fetus would only be minimally affected. The lap belt should be worn low over the pelvic bones and not against the soft stomach area. The shoulder belt should be worn across the chest. Both should be worn snugly. So, the baby won’t be pressed by seat belt. 

There is no reason for us to not use seat belt. There are so many advantages of using seat belt. And there are so many disadvantages if you don’t use seat belt. I think we have to rely on one thing: our safety. As wise men say: ”Protection is better than curing”. So, fasten your seat belt…!!!

Mungkinkah Membuat Antivirus Sendiri?

Pada dasarnya kita membutuhkan sebuah pengaman komputerdari ancaman virus. Banyak antivirus luar seperti Avira, AVG, Avast dan lain-lain. Ada pula antivirus buatan Indonesia, seperti Smadav, Morphost, Ansav, CMC dan masih banyak lagi.

Semua antivirus tersebut sangat bagus dan lebih akurat dalam membedakan antara virus dengan program komputer. Tapi apakah kita tidak pernah terbayang dalam pikiran, kenapa kita tidak membuat antivirus sendiri? 

Apa sich yang tidak bisa dilakukan oleh manusia, yang mustahil akan menjadi kenyataan. Kita dapat membuat antivirus sendiri, dengan menggunakan Microsoft Visual Basic. Tapi tidak tahu bagaimana cara mendapatkan software tersebut? Silakan sewa di rental CD atau kalau mau bisa download di internet.

Kenapa kita menggunakan Software Microsoft Visual Basic 6.0? jawabannya, karena mudah untuk dipelajari dan dipraktikkan. Setelah di Install Visual Basic 6.0, download Source Code Antivirus di www.bendot.co.nr. Di situs ini, juga tersedia antivirus buatan Indonesiadan didownload secara gratis.

Dengan kata lain, kita sebenarnya sudah mempunyai produk dalam negeri, yang tidak kalah hebat dari produk luar.

Narrative text - The Banker and The Pauper



One day the banker could stand it no longer. He decided to find out why the pauper was a happy man inspite of his poverty. So he summoned him to his house and asked him his yearly income because he believed that happiness could only be measured in terms of wealth.

"I don't count too well, nor do I really care. I live each day as it comes and never worry about the next."

"Well, then, just tell me how much you earn in one day," insisted the rich man.

"I earn what I need. And even that would be too much were it not for all the Sundays and holidays when I must close my shop."

The banker liked the pauper. He wished to thank him for coming to his house, so he presented the poor man with a bag of hundred gold coins.

Now, to the pauper these coins, which meant so little to the banker, seemed a great fortune. He decided to hide the bag, so that he would have the money if ever he should need it. So, when he returned to his house, he dug a big hole in a secluded corner of the garden, threw the bag into it, and covered it with dirt.
pauper
But from that day on, the poor man's life changed- he began to worry about the safety of his money. Every night he slept a little less, and each time he heard the slightest sound, he became anxious about the safety of his coins.

Finally, he could bear his unhappiness no longer. He went to the garden, dug up the coins and returned them to the banker.

The pauper had learned an important lesson, and so has the banker.



Generic Structure:

Orientation

Once upon a time there lived a pauper and a banker. The first was as poor as the   second was rich. So it was inevitable that the rich man will be happier than the   pauper. But their natures were opposite, for the poor man was happy whereas the   banker was not. The banker was annoyed of the fact that while he tossed and   turned in his bed at night, the pauper slept peacefully and always awoke rested and    full of energy.


Complication

One day the banker could stand it no longer. He decided to find out why the pauper    was a happy man inspite of his poverty. So he summoned him to his house and   asked him his yearly income because he believed that happiness could only be   measured in terms of wealth.

"I don't count too well, nor do I really care. I live each day as it comes and never   worry about the next."

"Well, then, just tell me how much you earn in one day," insisted the rich man.

"I earn what I need. And even that would be too much were it not for all the   Sundays and holidays when I must close my shop."

The banker liked the pauper. He wished to thank him for coming to his house, so he    presented the poor man with a bag of hundred gold coins.

Now, to the pauper these coins, which meant so little to the banker, seemed a great    fortune. He decided to hide the bag, so that he would have the money if ever he   should need it. So, when he returned to his house, he dug a big hole in a secluded   corner of the garden, threw the bag into it, and covered it with dirt.

But from that day on, the poor man's life changed- he began to worry about the   safety of his money. Every night he slept a little less, and each time he heard the   slightest sound, he became anxious about the safety of his coins.


Resolution

Finally, he could bear his unhappiness no longer. He went to the garden, dug up the    coins and returned them to the banker.

The pauper had learned an important lesson, and so has the banker.

Mengatasi global warming


Beberapa minggu yang lalu saya sempat berbincang-bincang di messenger dengan Fenny, salah seorang marketer dari Radio Suara Sakti Semarang (105.2 FM). Kebetulan radio tersebut hendak membuat acara kampanye Global Warming. Seperti apa sih kampanye Global Warming?

Tentu saja banyak hal yang menjadi pertimbangan dalam kampanye Global Warming. Salah satunya adalah karakteristik dari target kampanye. Karena beda target tentu saja pendekatan berbeda. Apakah targetnya sekitar kalangan pelajar yang homogen ataukah masyarakat umum yang heterogen. Pertimbangan yang tak kalah pentingnya adalah menetapkan masalahnya ada di mana. Dalam penelitian kesehatan, ada 3 hal yang sering dijadikan patokan yaitu: Pengetahuan, Sikap dan Perilaku.

Apakah pengetahuan tentang Global Warming yang kurang, sikapnya yang tidak setuju, atau perilakunya yang tidak sesuai?

Memang untuk menggambarkan adanya kecenderungan atau keterkaitan dari ketiga hal tersebut perlu dilakukan suatu survey atau penelitian lebih lanjut. Karena bisa jadi pengetahuan yang cukup tidak dapat merubah sikap, apalagi perilakunya. Namun ada kalanya kita melihat orang dengan perilaku yang mencerminkan peduli pemanasan global namun tanpa mengetahui apa itu pemanasan global.
Lalu kita mulai dari mana? Keterbatasan akan kurangnya penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap Global Warming bukanlah alasan untuk tidak mengkampanyekan Global Warming. Seperti kata Fenny, kita bisa memulainya dengan menekankan pada aspek “Pengetahuan” ditambah sedikit latihan untuk merubah sikap.

lanjutkan tulisan sebelumnya mengenai “Pengaruh Pemanasan Global terhadap Kesehatan“. WHO (World Health Organization) sebagai organisasi kesehatan dunia mengangkat isu ini menjadi tema dari Hari Kesehatan Sedunia (HKS) tahun 2008, yaitu Protecting Health from Climate Change atau Melindungi Kesehatan dari Perubahan Iklim. Sebenarnya masalah kesehatan merupakan masalah ‘hilir’ dari pemanasan global (Global Warming) dan perubahan iklim (Climate Change). Hulu permasalahannya ada pada bidang lain yang lebih dulu merasakan dampaknya. Dokter dan tenaga medis lainnya menjadi ‘tukang cuci piring‘ jika hanya mengobati saja. Karena itu, yang jauh lebih penting adalah upaya adaptasi terhadap perubahan iklim yang telah terjadi dan upaya untuk mengurangi dampak buruk dengan berbagai langkah pencegahan.
Berbicara tentang langkah-langkah pencegahan, banyak yang berkomentar kalau merasa diri belum siap. Belum siap untuk menggunakan mobil hybrid, belum siap untuk tidak menggunakan AC, belum siap untuk tidak menggunakan komputer lama-lama. Padahal hal tersebut hanya beberapa dari berbagai langkah untuk mencegah pemanasan global. Masih banyak cara lainnya. Wiellyam menyebutkan 3M pada postinganku sebelumnya: Mulai dari hal kecil, Mulai dari diri sendiri dan Mulai dari sekarang.

Ada sebuah persepsi yang menurut saya agak keliru, upaya mencegah pemanasan global sering diidentikkan dengan kembali ke jaman batu. Tidak menggunakan pesawat terbang ketika berpergian, tidak menggunakan komputer, tidak menggunakan kendaraan bermotor dan masih banyak lagi tidak-tidak yang lain. Memang itu penting dalam mencegah pemanasan global, tetapi menurut saya jangan sampai upaya kita untuk peduli pemanasan global membuat kita tidak produktif dalam bekerja. Hiduplah sewajarnya. Jika memang dirasa perlu berpergian menggunakan pesawat terbang, ya gunakanlah. Jika memang perlu menggunakan komputer, ya gunakanlah. Upaya peduli bisa kita tunjukkan dari penggunaan yang ’sewajarnya’. Jika tidak digunakan harap dimatikan.

One Small Step is a Big Leap
Beberapa bulan yang lalu ketika di Bali terjadi krisis energi listrik, PLN menghimbau untuk mematikan sebuah lampu 5 watt yang biasa dihidupkan pada malam hari antara pukul 19.00-21.00 WITA, karena pada jam-jam tersebut sedang terjadi beban puncak pemakaian listrik. Terdengar kecil kan? Hanya sebuah lampu 5 watt. Namun bila seluruh Bali mau peduli untuk mematikan lampu 5 watt yang biasa dihidupkan tersebut, maka krisis energi listrik dapat teratasi. One small step is a big leapsatu langkah kecil yang dilakukan sejak dini adalah lompatan besar di masa yang akan datang. Jangan ragu untuk berbuat hal kecil demi kebaikan di masa depan. Begitulah harapan untuk menggugah setiap orang untuk bisa ikut andil dalam usaha peduli Global Warming.

Masalah Global warming atau pemanasan global memang sudah tidak asing lagi, penyebabnya tidak lain berasal dari manusia sendiri. Global warming terjadi karena adanya EFEK RUMAH KACA dimana panas yang diterima bumi dari sinar matahari yang seharusnya di pantulkan kembali ke luar angkasa, itu malah dipantulkan kembali ke bumi oleh adanya awan polusi.
Sebenarnya ada bermacam cara memperlambat dampak pemanasan global, cara-cara tersebut umumnya mudah dan sederhana. Tetapi kurang dilakukan secara serius oleh kebanyakan orang. Padahal pemanasan global adalah masalah yang serius. Suhu Bumi yang terus meningkat akan ber efek panjangnya musim kering atau kemarau. Mencairnya gunungan es di kutub. Naiknya permukaan air laut. Dan sulitnya mencari sumber mata air. Kalau sudah begitu siapa coba yang tanggung jawab? Berhubung Masih belum terlalu parah efeknya, mari kita lakukan 14 langkah perubahan menuju hidup yang lebih baik, berkualitas  dan ramah lingkungan.

1. Batasi Penggunaan kertas

Tanamkan di pikiran anda kuat-kuat, bahwa setiap anda menggunakan selembar kertas maka anda telah menebang sebatang pohon. Oleh karena itu gunakan kertas se-efektif mungkin misalnya dengan mencetak print out bolak-balik pada setiap kertas. Bila anda nge-printsesuatu yang tidak terlalu penting, gunakanlah kertas bekas yang dibaliknya masih kosong.

2. Ganti bola lampu.

Segera ganti bola lampu pijar anda dengan lampu neon. Lampu neon ini membutuhkan energi yang lebih sedikit dibanding lampu pijar. Ingat setiap daya daya listrik yang anda pakai maka anda turut serta menghabiskan sumber daya energi listrik yang kebanyakan berbahan bakar fosil. Bahan bakar fosil adalah bahan bakar tak terbarukan, dan dalam jangka sepuluh tahun ke depan mungkin bahan bakar jenis ini akan habis.

3. Hindari Screen Saver

Shut down Komputer anda jika tidak akan digunakan dalam jangka lama, atau jika anda terpaksa meninggalkan komputer dalam keadaan menyala, matikan screen saver.Mengaktifkan screen saver akan memakan energi dan mengeluarkan emisi Co2. Jadi matikanscreen saver anda sekarang!

4. Periksa tekanan ban

Setiap anda ingin bepergian janagn lupa memeriksa tekanan ban kendaraan anda. ban yang kurang angin akan memperlambat laju kendaraan dan akhirnya akan membutuhkan bahan bakar yang lebih banyak.

5. Buka jendela lebar-lebar

Di  Amerika , sebagian besar dari 22,7 ton emisi CO2 berasal dari rumah. Kebanyakan emisi atau gas buang tersebut berasal dari AC, kulkas, kompor gas atau refrigerator. Unutk meminimalkannya ketika dapat mengatur termostat AC dengan suhu udara di luar ruangan. Kemudian bukalah jendela lebar-lebar karena sirkulasi udara yang terjebak dapat  mengkonsumsi energi.

6. Gunakan pupuk organik.

Pupuk yang digunakan kebanyakan petani mengandung unsur nitrogen,  yang kemudian berubah menjadi N2O yang menimbulkan efek GRK (Gas Rumah Kaca) 320 kali lebih besar dari pada CO2. Jika anda hobi berkebun gunakanlah pupuk organik. Disamping aman, murah pula.

7. Tanamlah rumpun bambu

Pepohonan memang terbukti mampu menyerap CO2, tetapi ternyata pohon atau rumpun bambu mampu menyerap CO2 empat kali lebih banyak dari pohon-pohon lain.

8. Naik kendaraan umum

Saat ini jumlah kendaraan pribadi sudah teramat banyak dan bikin sumpek. Sector transportasi menyumbang sampai 14 %  emisi gas rumah kaca ke atmosfer, jika kita menggunakan kendaran umum maka kita mengurangi emisi gas rumah kaca, karena dalam satu kendaraan umum bisa mengangkut puluhan orang, dan itu sangat hemat energi. Dibandingkan dengan kendaraan pribadi sperti sedan yang hanya mengangkut maksimal empat orang.

9. Kurangi makan daging sapi

Betul, kurangi dari sekarang memakan daging sapi. Selain megandung kalori y ang tinggi. Daging sapi juga menyumbang emisi gas rumah kaca yang cukup signifikan. Setiap kilogaram daging sapi yang kita makan, setara dengan menyalakan bola lampu 20 watt selama 20 hari.

10. Jangan pakai kantong plastik

Di beberapa Negara bagian Amerika, urusan kantong plastik bahkan sampai dibuat undang-undangnya segala. LSM peduli lingkungan mendorong pemerintah Negara setempat unutk melarang penggunaan kantong plastic sebagai kantong belanjaan. Plastik ini memang unsur yang sulit terurai, butuh 1000 tahun untuk mengurainya didalam tanah.
Efek Gas rumah kaca yang ditimbulkannya juga cukup besar. Maka beralihlah ke kantong kain, misal dari kain serat alami.

11. Membeli produk lokal

Produk lokal tentu tidak memerlukan jalur distribusi yang panjang dan membutuhkan banyak bahan bakar. Ini berarti mengurangi emisi CO2 yang dikeluarkan mobil-mobil pengangkutnya. Kemudian belilah produk sayuran atau buah-buahan sesuai musimnya. Ini akan menghemat biaya transportasi dan menghindari harga jual yang mahal.

12. Hidup efisien

Apapun aktifitas manusia di bumi akan berdampak pada bumi yang kita diami ini. Pola komsumsi energi, pola lingkungan dan sebagainya. Hiduplah seefisien mungkin, gunakan sedikit energi, komsumsilah sedikit makanan, tinggalkan pola hidup konsumtif, ramahlah terhadap lingkungan, sedikit bicara lebih banyak berpikir, dan sebagainya.

13. Mengemudi cerdas

Hindari perjalanan yang panjang dan menghabiskan waktu, bila mungkin memotong jalan lakukanlah. Kurangilah aktifitas yang menggunakan kendaraan pribadi. Jika terpaksa menggunakan kendaraan pribadi, pilihlah jalan-jalan alternative yang bebas macet dan tidak mengkonsumsi energi. Bila anda menunggu, matikan mesin sebab gas buangan tetap keluar sementara bahan bahan bakar terpakai.

14. Pakai baju bekas

Sekarang bukan jamannya gengsi, toh kita mati tidak membawa gengsi. Tak perlu malu memakai baju bekas atau baju warisan orang tua. Dengan mengurangi membeli pakaian baru maka anda membantu mengurangi pemakaian listrik di pabrik pakaian.
Apalagi banyak bahan kain sintetis yang mengandung minyak bumi. Bahkan katun yang berasal dari kapas ternyata mengandung pestisida.